Menuntutilmu tidak hanya cukup dengan mengetahui teori pembelajaran, menghafal semua rumus yang ada dan menghafal semua dalil yang membahas tentang persoalan dunia dan akhirat. Akan tetapi penuntut ilmu juga harus memiliki adab dan akhlak dalam menimbah ilmu tersebut. Kerena hakikat seorang penuntut ilmu yakni dengan menghiasi dirinya dengan
Jakarta - Dalam kehidupan sosial, ilmu, iman, dan amal merupakan tiga hal yang tidak bisa dipisahkan seorang muslim. Ilmu mesti diikuti dengan iman dan amal, tidak bisa hanya fokus pada salah satunya saja. Ini sekaligus membuktikan kesempurnaan dalam Universitas Darussalam, Gontor, Prof. Hamid Fahmy Zarkasyi, mengatakan, setiap orang melakukan suatu perbuatan berdasarkan berdasarkan apa yang dipikirkan dan yang diketahui. Jadi, pengetahuan dan keyakinan memiliki dampak terhadap itu, ada dua alasan jika seseorang melakukan dosa. Pertama, orang tersebut tidak tahu. Kedua, orang itu tidak yakin dosa memiliki dampak terhadap dirinya. Islam tidak mengenal dua hal itu, karena syariah telah mengatur segala sesuatu."Ilmu dalam Islam mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan anda. Maka dari itu syariah, akidah, akhlak; ilmu, iman, amal tiga hal tidak bisa dipisahkan," kata Hamid, dikutip akun resmi Unida Gontor, Sabtu 5/2/2022.Guru besar Ilmu Filsafat Islam itu lalu menjelaskan, Islam merupakan agama wahyu yang datang membawa sekian banyak ajaran syamil-kamil. Di antaranya cara hidup secara Islam dan memahami diri sendiri secara banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan tentang cara memahami diri secara Islam. Jiwa manusia tidak selalu berorientasi pada kebaikan saja, tapi berpotensi melenceng pada keburukan. Qur'an menyebut fujur dan tidak pernah luput dari bisikan setan dan bisikan kebaikan dari malaikat. Maka itu, seseorang sangat penting memahami tingkat jiwa dalam perspektif Islam seperti nafsu mutmainnah, nafsu ammarah bissu', hingga nafsu harus memahami berada pada tingkatan jiwa yang mana dan kapan jiwa bisa berada pada tingkatan nafsu mutmainnah. Hal itu harus dipahami terlebih dahulu agar mudah mengatur dan sini pula doa meminta perlindungan dari godaan setan menjadi sangat penting. Sebab, seseorang tidak tahun bahkan tidak menyadari sedang melakukan keburukan. Di sisi lain, manusia tidak bisa memiliki daya upaya kecuali atas pertolongan Allah."Wajib bagi kita selalu meminta perlindungan pada-Nya supaya dijauhkan dari keburukan-keburukan. Ketika anda dapat kesempatan sesuatu berbuat jahat terus anda berbuat jahat, berarti anda tidak berlindung kepada Allah," kata yang memiliki ketakwaan tinggi, pasti tidak akan terjerumus berbuat jahat jika mendapat kesempatan. Meski godaan itu berasal dari wanita paling sejagat raya. Dari sini bisa diketahui tiga konsep di atas ilmu, iman, dan amal tidak bisa dipisahkan. Harus selalu berjalan beriringan, agar bisa mendapatkan kebahagiaan dunia mempunyai kriteria bahagia sendiri. Kebahagiaan dalam Islam ialah melakukan sesuatu sesuai fitrah. Fitrah manusia itu beriman dan beramal shaleh. Senang menolong dan membantu orang lain, termasuk kebahagiaan sejati."Artinya, sekiranya ada yang bilang bahagia karena maksiat, itu sebenarnya adalah fiksi. Tipuan terhadap sifat fitrah, kebahagiaan semu, sekejap, berujung penyesalan. Itu bukan kebahagiaan," ucap Fahmi.jqf
FAEDAHKAJIAN "Adab Keseharian Muslim". Pemateri: Ustadz Dr. Muhammad Haikal Ali Basyrahil hafizhahullah. 1. Tidaklah berbicara tentang masalah adab dan akhlak kecuali orang yang menghabiskan ilmu dan amal. 2. Berbicara tentang Adab dan Akhlak berarti sebenarnya berbicara tentang agama secara menyeluruh. Rasulullah shallallahu 'alaihi
ArticlePDF AvailableAbstractKnowledge and its practice are two things that are very related; the practice of something should be based on knowledge so that what is done is in accordance with the teachings of religion. Ironically, some people, without knowledge, dare to do something with full confidence. This paper aims to discuss the relationship between knowledge and charity in the Qur'an and how to apply these two concepts in life. This research was library research; the data was collected using the Mawdu'i method. The study showed that the verses that explain knowledge first and then practice are found in Surah Muhammad, verse 19. Practice without knowledge in Surah al-Isra verse 36. knowledge must be accompanied by practice in Surah al-Baqarah verse 44 and Surah al-Saf verses 2 and 3. Applying the concepts of knowledge and practices in life can be started by studying religion first. So that you are not wrong in doing charity, you should follow the Prophet as a good example in Ilmu dan amal merupakan dua hal yang sangat berkaitan, pengamalan terhadap sesuatu hendaknya didasarkan pada pengetahuan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan ajaran dalam agama. Ironisnya, sebagian masyarakat, tanpa didasari pada pengetahuan, berani mengamalkan sesuatu dengan penuh keyakinan. Tulisan ini berupaya mengkaji hubungan antara ilmu dan amal dalam al-Qur’an serta bagaimana mengaplikasikan kedua konsep tersebut dalam kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, data dianalisis menggunakan metode mawdu’i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayat-ayat yang menjelaskan berilmu dahulu baru beramal terdapat pada surah Muhammad ayat 19. Beramal tanpa didasari dengan ilmu pada surah al-Isra’ ayat 36. Berilmu harus disertai dengan amalan pada surah al-Baqarah ayat 44, surah al-Saf ayat 2 dan 3. Mengaplikasikan konsep ilmu dan amal dalam kehidupan dapat diawali dengan mempelajari ilmu agama terlebih dahulu, agar tidak salah dalam beramal hendaknya mengikuti Rasulullah sebagai teladan yang baik dalam beramal. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Tafse Journal of Qur'anic Studies Vol. 7, No. 2, pp. 215-232, July-December 2022 Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an Nurlaila Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Mudaris Almuzammil Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh Email nurlaila Abstract Knowledge and its practice are two things that are very related; the practice of something should be based on knowledge so that what is done is in accordance with the teachings of religion. Ironically, some people, without knowledge, dare to do something with full confidence. This paper aims to discuss the relationship between knowledge and charity in the Qur'an and how to apply these two concepts in life. This research was library research; the data was collected using the Mawdu'i method. The study showed that the verses that explain knowledge first and then practice are found in Surah Muhammad, verse 19. Practice without knowledge in Surah al-Isra verse 36. knowledge must be accompanied by practice in Surah al-Baqarah verse 44 and Surah al-Saf verses 2 and 3. Applying the concepts of knowledge and practices in life can be started by studying religion first. So that you are not wrong in doing charity, you should follow the Prophet as a good example in practice. Keywords Knowledge, practice, Al-Qur'an Abstrak Ilmu dan amal merupakan dua hal yang sangat berkaitan, pengamalan terhadap sesuatu hendaknya didasarkan pada pengetahuan, sehingga apa yang dilakukan sesuai dengan ajaran dalam agama. Ironisnya, sebagian masyarakat, tanpa didasari pada pengetahuan, berani mengamalkan sesuatu dengan penuh keyakinan. Tulisan ini berupaya mengkaji hubungan antara ilmu dan amal dalam al-Qur’an serta bagaimana mengaplikasikan kedua konsep tersebut dalam kehidupan. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan, data dianalisis menggunakan metode mawdu’i. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayat-ayat yang menjelaskan berilmu dahulu baru beramal terdapat pada surah Muhammad ayat 19. Beramal tanpa didasari dengan ilmu pada surah al-Isra’ ayat 36. Berilmu harus disertai dengan amalan pada surah al-Baqarah ayat 44, surah al-Saf ayat 2 dan 3. Mengaplikasikan konsep ilmu dan amal dalam kehidupan dapat diawali dengan mempelajari ilmu agama terlebih dahulu, agar tidak salah dalam beramal hendaknya mengikuti Rasulullah sebagai teladan yang baik dalam beramal. Kata Kunci Ilmu, Amal, Al-Qur’an Pendahuluan Islam adalah sebuah agama yang memosisikan ilmu dalam posisi mulia. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang berpikir. Manusia dianugerahi akal dan pikiran yang menjadikan dia lebih unggul dari makhluk yang lain dan disebut sebagai khalifah di bumi. Sebagai khalifah tugas utama menjaga dan memakmurkan bumi beserta isinya. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 216 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Manusia dibedakan dari seluruh makhluk, sebab dikaruniai intelektual dan kebebasan . Akal memungkinkan untuk membedakan yang benar dari yang salah. Manusia bisa mempergunakan kemampuan ini untuk melengkapi fitrahnya untuk mendapatkan keridhaan Allah atau mengingkarinya. Pilihan ada padanya. Wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah merupakan sumber-sumber petunjuk untuk membimbing akal dan kehendak manusia. Hal ini sudah dipertegas dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 30 sampai 33 menunjukkan betapa pentingnya ilmu untuk manusia. Bahkan manusia pertama yang Allah ciptakan langsung mendapatkan pelajaran tentang apa-apa yang ada di surga oleh Allah. Al-Qur’an merupakan kitab suci dan petunjuk yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw bagi seluruh umat manusia. Ia mengajarkan kepada manusia tentang akidah tauhid. Ia membersihkan manusia dari berbagai perilaku kejahiliyahan dan menunjukkan kepadanya dimana letak kebaikan dalam kehidupan pribadi dan sosial. Al-Qur’an juga menunjukkan kepada manusia jalan terbaik untuk merealisasikan dirinya, mengembangkan kepribadiannya, dan mengantarkannya pada jenjang-jenjang kesempurnaan insan agar dapat bisa merealisasikan kesenangan bagi dirinya, baik di dunia maupun akhirat. Al-Qur’an juga sangat mendorong untuk belajar dan menuntut ilmu. Bukti terkuat yang menyangkut dengan hal ini adalah bahwa ayat al-Qur’an yang pertama kali diturunkan memberi dorongan kepada manusia untuk membaca dan belajar. Ayat itu juga menekankan bahwa dengan perantaraan kalam-Nyalah Allah mengajarkan manusia untuk membaca dan mengajari apa-apa yang tidak diketahuinya, sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an Surah al-Alaq ayat 1-5 “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Khairil Fazal and Juwaini Saleh, “Ummatan Wasaţan Dalam Pancasila Perspektif Tafsir M. Quraish Shihab,” TAFSE Journal of Qur’anic Studies 7, no. 1 June 2022 77, Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 217 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Bukti terkuat mengenai penghormatan al-Qur’an terhadap ilmu dan kaum ilmuan adalah penyebutan pada ilmuan setelah Malaikat . Hal ini dibuktikan dalam al-Qur’an surah Ali Imran ayat 18 “Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia; demikian pula para malaikat dan orang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. Manusia harus meyakini bahwa al-Qur’an benar-benar mengandung pengetahuan dan petunjuk yang mengarahkan pada keselamatan. Al-Qur’an bukan hanya kitab tentang ilmu teoritis dan praktis yang bisa dimanfaatkan oleh siapa pun yang membacanya dan menguasai isinya. Tetapi al-Qur’an adalah kitab yang mengarah kepada hati sebelum mengarah kepada yang lainnya, karena ia adalah cahaya yang masuk ke dalam hati yang terbuka, yang menerima al-Qur’an dengan keyakinan. Salah satu yang menjadi pembahasan al-Qur’an adalah tentang amal. Pembahasan Amal sangat beragam ditinjau dari beberapa aspek yang sering sekali disandingkan dengan iman. Manusia dilahirkan tanpa mengetahui apa-apa, iman merupakan sesuatu yang dibawa manusia sejak lahir, salah satu fungsi iman adalah untuk mendorong manusia untuk beribadah kepada Allah disertai dengan berbuat kebajikan. Manusia perlu meningkatkan bekal ilmu untuk menghasilkan amal dan perilaku yang baik. Menjadikan akal hanya untuk penyimpanan ilmu-ilmu hanya akan menjadi masalah teoritis saja. Hal ini akan bertahan hanya sementara bahkan bisa lenyap dan tidak mampu mengarahkan pada pengamalan . Melaksanakan suatu amalan mesti berdasarkan dengan ilmu, bukan hanya untuk mencari pujian dari orang lain semata. Karena semua itu akan dipertanggungjawabkan dikemudian kelak. Allah Swt telah memerintahkan kepada setiap manusia agar beramal dengan baik sesuai dengan apa yang diketahuinya. Pembahasan tentang ilmu dan amal sangat luas dilihat dari segi pembagian-pembagiannya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis membatasi masalah pokok yang akan diteliti dalam skripsi ini yaitu hanya memfokuskan pembahasan pada ilmu diniyah keagamaan saja, sedangkan pembahasan tentang amal hanya memfokuskan pada amal Fuad Dwi Putra, Kriteria Amal Saleh Dalam Al-Qur’an Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2018. Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1 Jakarta Gema Insani Press, 2003. Salah Abdul Fatah al-Khalidi, Kunci Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Terjemahan M. Misbah, Cet. 1 Jakarta Robbani Press, 2005. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 218 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 ibadah mahdah saja. Dengan menelusuri ayat-ayat al-Qur’an terkait ilmu dan amal, maka selanjutnya akan dikaji lebih mendetail permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi dengan judul Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang membahas tentang keterkaitan ilmu dan amal, namun yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah berdasarkan penafsiran pada kitab tafsir Ibnu Kathir surah al-Isra’ ayat 36 terdapat ungkapan “janganlah berkata kepada seseorang terhadap apa yang tidak didasari dengan ilmu, bahwasanya Allah melarang berkata dan berbuat tanpa didasari pengetahuan yang tidak lain itu hanyalah sangkaan dan khayalan”. Kemudian penafsiran kitab tafsir al-Mishbah surah al-Saf ayat 2 terdapat ungkapan “mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat yaitu tidak sesuai dengan kenyataan”. Akan tetapi, dalam penafsiran kitab AL-Tafsir Fi Zilal Al-Qur’an surah Muhammad ayat 19 mengungkapkan “pengarahan kepada manusia untuk mengetahui hakikat utama dalam beramal yaitu berilmu dahulu baru setelahnya disebutkan pengarahan lain berupa amalan”. Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan amal dalam al-Qur’an dan untuk dapat mengaplikasikan konsep ilmu dan amal dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan metode mawdu’i tematik. Untuk menganalisa ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan hubungan ilmu dan amal. Menggunakan jenis penelitian kepustakaan Library research. Untuk mengkaji dan meneliti diperlukan beberapa sumber yang relevan melalui dua sumber data, primer dan sekunder. Sumber data untuk mengkaji persoalan yang akan diteliti adalah kitab Tafsir Al-Qur’an al-Azim karya Ibn Kathir, sementara sumber lain seperti Tafsir al-Qurtubi karya Imam al-Qurtubi, kitab Tafsir Fi Zilal Al-Qur’an karya Sayyid Qutb, dan kitab Tafsir al-Mishbah karya Quraish Shihab digunakan untuk melengkapi data. Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an Pembahasan mengenai ilmu tidak terlepas dari pengamalan. Keimanan merupakan dasar utama diterimanya suatu perbuatan. Amal merupakan wujud dari keimanan yang mendorong untuk beramal saleh. Ilmu tidak dapat dikatakan ilmu jika ia tidak dihubungkan dengan amal perbuatan manusia. Allah menjelaskan perumpamaan orang yang berilmu dan beramal dalam al-Qur’an surah Ibrahim ayat 24-25 Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 219 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” Ayat di atas menjelaskan tentang perumpamaannya seperti sebuah pohon yang terus-menerus menghasilkan buahnya di setiap waktu panas maupun waktu dingin, di waktu malam maupun siang. Begitu pun dengan amalannya akan terus dinaikkan ke langit baik di tengah malam maupun di ujung siangnya, pada setiap waktu dengan izin Allah Swt. Kemudian para mufasir lainnya juga mengatakan hal yang serupa. Terkait dengan ini al-Bukhari meriwayatkan dalam kitabnya, “Dari Ibnu Umar Ra berkata, “Ketika kami bersama Rasulullah Saw beliau berkata, “Beritahukan kepadaku pohon apa yang mirip atau seperti orang Muslim, yang daunnya tidak berguguran, tidak begini, tidak begini, tidak begini, dan berbuah setiap waktu dengan izin Rabbnya.” HR. BukhariRasulullah Saw mengibaratkan hubungan ilmu dengan amal ini seperti pohon dan buahnya. Jika ilmu adalah sebatang pohon maka amal adalah buahnya, jika ilmu tidak disertai dengan amal kebajikan maka ilmu tersebut tidak banyak berguna seperti halnya pohon yang tidak berbuah. Ilmu merupakan dasar dari segala tindakan manusia, berbuat tanpa ilmu segala perbuatan manusia menjadi tidak terarah dan tidak bertujuan. Hal ini berkaitan dengan kata ilmu yang berasal dari kata kerja alima, yang berarti mengetahui hakikat ilmu dan yakin, jamaknya adalah kata ulum, yaitu memahami sesuatu dengan hakikatnya, yang berarti keyakinan dan pengetahuan. Ilmu yang digunakan dengan benar akan memberikan dampak baik bagi kehidupan dan sebaliknya akan menghasilkan kemudaratan disebabkan salah dalam menggunakannya misalnya, ilmu sihir dan ilmu nujum. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Jakarta Almahira, 2012. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 220 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Hubungan ilmu dengan amal, menurut Imam Ali mengatakan “Ilmu adalah pemimpin amal, dan amal adalah pengikutnya. ” Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Imam Muhammad Baqir as “Siapa yang mengajarkan suatu pintu petunjuk maka baginya pahala seperti orang yang mengamalkannya, dan tidak akan berkurang pahala-pahala mereka sedikitpun ”. Imam Ali as menambahkan menurutnya “orang yang berilmu itu harus mengiringi dengan amalan dan itu merupakan suatu keharusan. Karena ilmu sendiri memanggil perbuatan, jika ada jawaban maka akan menjadi lebih baik dan ilmu akan tetap bersamanya, namun jika tidak maka ilmu akan menghilang darinya ”. Penjelasan tentang pengamalan ilmu terdapat juga dalam kitab Sunan al-Darimi, bahwa Marwan bin Muhammad mengabarkan, Sa’id bin Abdul Aziz menceritakan, “Dari Yazid bin Jabir, ia berkata, Mu’adh bin Jabal Ra berkata, “Kerjakanlah segala sesuatu sekehendak kalian setelah kalian mempelajari ilmu. Sesungguhnya kalian tidak diberikan oleh Allah Swt atas ilmu kalian hingga kalian mengamalkannya ”. “Dari Sufyan dari Thuwayr, dari Yahya bin Ja’dah, dari Ali Ra ia berkata, “Wahai pemegang ilmu, amalkanlah ilmu yang kalian miliki. Sesungguhnya yang disebut ulama adalah orang yang mengamalkan ilmunya dan perilakunya sesuai dengan ilmunya.”Para ilmuan Muslim lainnya juga menggarisbawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam Hal ini menurut Quraish Shihab ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw“Barang siapa mengamalkan yang diketahuinya maka Allah akan menganugerahkan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” Muhammad M. Reysyahri, Ensiklopedia Mizanul Hikmah Kumpulan Hadits Nabi Saw Pilihan Jilid III, Terjemahan Abdulllah Beik Jakarta Nur Al-Huda, 2001. Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman al-Darimi al-Samarqandi, Sunan Al-Darimi, Terjemahan Abdul Syukur Abdul Razaq Jilid 1 Jakarta Pustaka Azzam, 2007. Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman al-Darimi al-Samarqandi. M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat Bandung MIzan, 1996. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 221 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Terkait penjelasan di atas sebagian para ulama merujuk kepada al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 282 untuk memperkuat kandungan hadis tersebut. “...Dan bertakwalah kepada Allah, Allah memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” Atas dasar itulah al-Qur’an memandang bahwa seseorang yang memiliki ilmu harus memiliki sifat dan ciri tertentu, antara lain yang paling menonjol adalah sifat takut dan kagum kepada Allah Swt. Penjelasan di atas menerangkan bahwa ilmu lebih utama daripada amal, hal ini dilihat dari lima segi. Pertama, ilmu tanpa amal tetap ada sedangkan amal tanpa ilmu tidak akan terlaksana. Kedua, ilmu tanpa amal tetap bermanfaat, sedangkan amal tanpa ilmu tidak akan bermanfaat. Ketiga, amal bersifat pasif, sedangkan ilmu bersifat aktif. Keempat, ilmu adalah perkataan para Nabi. Kelima, ilmu adalah sifat Allah Swt sedangkan amal adalah sifat para hamba, sifat Allah lebih utama daripada sifat para hamba . Uraian di atas dapat dipahami bahwa hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal, Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal yang benar akan terarah kepada kebaikan bila dilandasi dengan ilmu. Hal ini mencangkup segala aspek kegiatan manusia yang disertai dengan ilmu, baik itu yang menyangkut dengan amal ibadah maupun amal perbuatan lainnya yang mengarah kepada kebaikan. Kedua, amal akan mempunyai nilai apabila didasari dengan ilmu. Siapa yang berilmu maka harus berbuat, Ilmu dan amal saling beriringan. Amal merupakan buah dari ilmu. Jika ada yang mempunyai ilmu tapi tidak beramal, perumpamaannya seperti pohon yang tidak menghasilkan buah bagi penanamnya. Ilmu fikih tidak ada manfaatnya dimiliki seorang fakih apabila dia tidak mengubahnya dengan perbuatan. Begitu pun teori-teori atau penemuan-penemuan para ahli yang tidak diubah menjadi perbuatan nyata. Karena wujud dari ilmu adalah amal dan karya nyatanya. Hubungan antara ilmu dan amal tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia yaitu sebuah perpaduan yang saling melengkapi, bahwa setelah berilmu lalu Retna Dwi Estuningtyas, “ILMU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN,” QOF 2, no. 2 December 2018 203–13, Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 222 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 mengamalkan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Imam Ali as “Ilmu tanpa pengamalan itu adalah sia-sia, dan pengamalan tanpa ilmu itu adalah sesat ”. Agama Islam menduduki ilmu sebagai posisi yang sangat mulia karena dengan ilmu manusia bisa sampai pada pengetahuan yang tidak diketahuinya. Dengan ilmu akal menjadi terang, memperluas cakrawala, dapat membedakan antara hak dan batil dan antara petunjuk dan kesesatan. Sehingga dengan ilmu manusia mampu memberikan hak dengan sebenarnya, menempatkan sesuatu kepada tempatnya, mendahulukan yang penting dan seterusnya. Mengaplikasikan Konsep Ilmu dan Amal dalam Kehidupan Untuk menjalankan amalan keislaman perlunya mengaplikasikan amal, yaitu dengan menerapkan atau mempraktikkan dalam kehidupan . Tindakan pertama yang perlu dilakukan ialah hendaknya mempelajari ilmu agama dan mendalami masalah-masalah agama, seseorang tidak mungkin bisa beribadah dan beramal saleh kecuali memiliki ilmu pengetahuan tentang agama. Ayat-ayat perintah mengaplikasikan ilmu dan amal menurut al-Qur’an di antaranya ialah Pertama, al-Qur’an surah Muhammad ayat 19 “Maka ketahuilah, bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah selain Allah, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan atas dosa orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggalmu”. Kedua, al-Qur’an surah al-Isra’ ayat 36 “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” Ketiga, al-Qur’an surah al-Baqarah ayat 44 “Mengapa kamu menyuruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab Taurat? Tidakkah kamu mengerti?”. Keempat, al-Qur’an surah al-Saf ayat 2-3 Muhammad M. Reysyahri, Ensiklopedia Mizanul Hikmah Kumpulan Hadits Nabi Saw Pilihan Jilid III, Terjemahan Abdulllah Beik. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, Edisi Ke Tiga Jakarta Balai Pustaka, 2003. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 223 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 “Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” Keempat Ayat di atas memiliki hubungan yang kuat dalam konteks keilmuan dan pengamalan. Al-Qur’an surah Muhammad ayat 19 menjelaskan untuk berilmu terlebih dahulu baru beramal. Sedangkan pada surah al-Isra’ ayat 36 menjelaskan tentang beramal tanpa didasari dengan ilmu. Allah Swt melarang terhadap suatu perkara yang tidak berdasarkan pada pengetahuan ilmu. Hal ini sejalan pula seperti yang dijelaskan pada surah al-Baqarah ayat 44 tentang orang yang berilmu harus mengiringi dengan amalan bukan hanya memerintahkan melakukan kebaikan, sedangkan ia sendiri tidak mengerjakannya. Pengertian ini dimaksud bukanlah tidak boleh memerintahkan kepada kebaikan sedang ia sendiri tidak melakukannya, melainkan karena meninggalkan kebajikan itu sendiri. Siapa yang memerintahkan kepada kebaikan, maka hendaklah ia orang yang paling dulu melakukannya. Seperti yang sudah dijelaskan pada surah al-Saf ayat 2 dan 3 bahwa mengatakan suatu perkara tetapi tidak melaksanakan sesuai dengan apa yang dikatakannya merupakan bentuk pengingkaran yang mengarah pada perbuatan salah satu ciri-ciri orang munafik, yang dalam hal ini sangat dilarang oleh Allah Swt. Agar tidak salah dalam beramal hendaknya mencontoh Rasulullah yang telah ditetapkan Allah sebagai suri teladan yang baik . Dasar-dasar ini baik dari segi semua ucapan, perbuatan, maupun perilaku beliau. Seperti halnya Nabi Saw pernah memerintah untuk melaksanakan shalat, berikut al-Qur’an pada surah al-Baqarah ayat 43 “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” Ayat di atas menjelaskan tentang menerapkan ilmu dan amal dalam kehidupan. Bahwa Allah memerintahkan manusia agar melaksanakan shalat bersama Nabi Saw, membayar zakat serta rukuk bersama orang-orang yang rukuk bersama Nabi Muhammad Saw Departemen RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya Jakarta Karya Thoha Putra Semarang, 1996. Abdullah bin Muhammad Alu Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir, jilid 4 Jakarta Pustaka Imam as-Syafi’i, 2010. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 224 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Ajakan itu untuk menunaikan ibadah-ibadah yang diwajibkan serta meninggalkan sikap atau perilaku orang-orang Yahudi yang dipahami bahwa amal-amal khusus yang paling sempurna ialah shalat. Banyak para ulama yang berdalil kepada ayat di atas tentang wajibnya shalat berjamaah. Tentang shalat ini, kaum Muslimin diperintahkan untuk mendirikan shalat fardhu lima kali sehari, namun tidak sedikit diantara kaum Muslimin yang belum mengetahui tata cara shalat yang sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya. Hal ini menekankan agar melaksanakan shalat yang benar seperti yang dicontohkan Rasulullah Saw. Sebagaimana sabdanya dalam kitab sahih al-Bukhari dari Malik bin al-Huwayrith, “Dan shalatlah seperti kalian melihat aku shalat” HR. al-Bukhari . Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat. Apabila tidak sanggup untuk mendirikan shalat akibat suatu udzur sakit dan sebagainya maka bisa melaksanakannya dengan duduk ataupun berbaring. Pernyataan ini dapat dilihat dalam sahih al-Bukhari dari sahabat Imran bin Husain beliau berkata, “Aku orang yang menderita bawasir. Kemudian aku bertanya kepada Nabi Saw tentang cara melakukan shalat. Nabi Saw menjawab, shalatlah sambil berdiri. Jika tidak mampu shalatlah sambil duduk. Jika tetap tidak mampu, shalatlah sambil tidur miring.” HR. al-Bukhari . Allah Swt memerintahkan untuk bersuci terlebih dahulu ketika hendak melaksanakan shalat. Terdapat dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 6 “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan basuh Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 225 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 kedua kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu junub dan mandilah. Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air kakus atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air maka bertayamumlah dengan debu yang baik suci; usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.” Banyak ulama salaf berbeda pendapat tentang ayat di atas, namun ada beberapa yang mengatakan maknanya lebih umum bahwa ayat tersebut memerintahkan berwudhu’ ketika hendak melakukan shalat, wajib hukumnya bagi yang berhadas dan sunnah hukumnya bagi yang sudah dalam keadaan bersuci. Pada awal-awal datangnya Islam ada yang berpendapat perintah wudhu ketika hendak shalat hukumnya wajib kemudian hal itu dinasakh. Karena Nabi Saw berwudhu’ kemudian melaksanakan shalat beberapa kali. Di sisi lain para sahabat juga pernah mengikuti hal yang demikian dengan shalat beberapa kali dengan satu kali wudhu ’. Ayat di atas mengajak dan menuntun untuk berwudhu’ ketika hendak melaksanakan shalat artinya membersihkan sebagian anggota badan dari kotoran. Apabila terdapat hadas besar dengan sebab apapun atau berhubungan suami istri maka mandilah dengan membasahi seluruh anggota badan. Jika tidak mendapati air maka bertayamumlah dengan debu yang suci . Penjelasan penafsiran di atas dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah mengajarkan tentang cara bersuci dengan baik. Bersuci identik dengan bersih, terdapat perbedaan antara keduanya. Islam sendiri sangat memperhatikan kebersihan, baik badan, pakaian, makanan, dan segala yang berhubungan dengan lingkungan manusia. Bersih dan suci pada dasarnya tidak jauh berbeda, terdapat beberapa hal yang dianggap bersih, tapi ternyata belum suci, begitu juga sebaliknya. Dalam Islam untuk melaksanakan ibadah-ibadah tertentu maka harus dalam keadaan bersuci, tidak hanya bersih. Karena Islam memiliki aturan tersendiri dalam hal ibadah, perihal ini tertera pada penjelasan ayat di atas. Anjuran untuk berwudhu’ ketika mau melaksanakan shalat juga pernah diajarkan Rasulullah Saw sebagaimana sabdanya dalam kitab sahih al-Bukhari, dari Abu Hurayrah bahwa Rasulullah Saw bersabda, Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta Lentera Hati, 2002. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 226 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 “Jika engkau hendak melaksanakan shalat, sempurnakanlah wudhu’mu. Lalu menghadaplah ke kiblat dan bertakbir. Kemudian bacalah bacaan dari ayat al-Qur’an yang engkau bisa. Lalu ruku’lah hingga engkau tenang dalam ruku’mu. Kemudian tegakkanlah badanmu hingga engkau lurus berdiri. Lalu, sujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Setelah itu, sujudlah hingga engkau tenang dalam sujudmu. Kemudian bangunlah hingga engkau tenang dalam dudukmu. Lakukanlah hal ini dalam setiap rakaatmu”. HR. al-Bukhari.Setiap amal saleh mesti diawali dengan niat karna Allah Swt amal tidak diterima selain dengan niatnya, dan niatnya tidak ada artinya selain dengan keikhlasan, niat dan ikhlas merupakan pekerjaan hati. Hal ini pernah diajarkan Rasulullah bahwa segala perbuatan tergantung pada niatnya. Terdapat dalam kitab sahih al-Bukhari, “Aku pernah mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda, Semua perbuatan tergantung pada niatnya. Dan, balasan bagi tiap-tiap orang tergantung pada yang diniatkannya. Orang yang niat hijrahnya karena dunia atau karena seorang perempuan yang ingin dinikahinya maka nikahnya adalah kepada apa yang dia niatkan itu.” HR. BukhariIkhlas merupakan amalan hati yang perlu mendapatkan perhatian khusus secara mendalam dan dilakukan secara terus-menerus. Baik ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sudah beramal. Sebagaimana dalam al-Qur’an surah al-Bayyinah ayat 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 227 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 Ayat di atas menjelaskan tentang agama yang lurus yang jauh dari hal-hal syirik dan menuju kepada tauhid . kedudukan ikhlas sangat penting dalam amal ibadah agar amalan-amalan tidak sia-sia. Perintah Allah untuk beramal dengan ikhlas artinya menjauhkan diri dari berbagai bentuk kesyirikan . Kemudian ayat di atas juga memberikan kesan yang kuat serta menunjukkan penuh perhatian untuk tidak melenceng dari ajaran Islam tentang ketauhidan . Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa beribadah dengan cara ikhlas merupakan bentuk pemurnian agama dari hawa nafsu dan perilaku yang menyimpang. Hal ini bertujuan untuk mengharapkan ridha Allah dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya. Beramal dengan ikhlas artinya memurnikan amal dari berbagai penyakit hati yang tersembunyi seperti riya, ujub, dan sum’ah dan lain-lainnya. Peran ikhlas adalah diterimanya amalan, hal ini pernah disampaikan Rasulullah Saw sebagaimana dalam kitab Sunan al-Nasa’i, “Rasulullah Saw bersabda Allah tidak menerima sebuah perbuatan, kecuali dilakukan secara ikhlas dan hanya mengharap ridha-Nya”. HR. Sunan al-Nasa’i. Konteks pengamalan lainnya ialah perintah membayar zakat. Berikut dalam al-Qur’an surah al-Tawbah ayat 103, “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. Ayat di atas menjelaskan tentang perintah Allah Swt kepada Rasul-Nya untuk mengambil zakat dari orang mukmin untuk membersihkan diri melalui zakat tersebut. Perintah ini ditujukan juga kepada orang-orang yang mengakui perbuatan dosa dengan Syaikh, Tafsir Ibnu Katsir. Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Abi Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali Ibnu Sunan al-Nasa’i, Ensiklopedia Hadits 7, Sunan Al-Nasa’i, Terjemahan M. Khairul Huda, Ali Hamzah, Dan Muhammad Idris, Cet. 1 Jakarta Almahira, 2013. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 228 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 mencampurkan amal baik dan amal buruknya ”. Kemudian menerangkan tentang keutamaan menyedekahkan harta dan perintah untuk melaksanakannya. Karena orang yang tidak ikut berjuang di jalan Allah dengan harta maupun jiwanya, bisa saja diterima taubatnya dengan jalan bersedekah dari berbagai jenis hartanya, baik berupa emas, perak, harta dagangan atau binatang ternak dengan ukuran tertentu dalam zakat fardhu atau ukuran tidak tertentu dalam zakat sunnah. Bermaksud untuk membersihkan jiwa dari kebakhilan dan ketamakan . Penjelasan di atas sekaligus tentang anugerah ampunan dari Allah bagi orang-orang mukmin yang ingin bertobat dengan tebusan menyedekahkan sebagian dari hartanya . Penafsiran di atas dapat dipahami bahwasanya setiap manusia wajib mengeluarkan zakatnya, baik zakat fitrah, zakat harta maupun zakat perdagangan yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuannya, hal ini bermaksud untuk membersihkan jiwa dari sifat-sifat kikir, serakah dan cinta harta yang berlebihan. Dengan dilakukan sungguh-sungguh dan keikhlasan maka Allah akan menerima amalnya yang berupa sedekah maupun zakatnya. Pengamalan selanjutnya ialah anjuran untuk berpuasa. Al-Qur’an pada surah al-Baqarah ayat 183 “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”. Ayat di atas memerintahkan orang-orang mukmin untuk berpuasa, yaitu menahan diri dari makan dan minum serta bersenggama, dengan niat yang ikhlas. Karena di dalam puasa terkandung hikmah menyucikan jiwa dan membersihkan dari akhlak-akhlak yang buruk serta membebaskan dari endapan-endapan yang tidak baik bagi kesehatan tubuh . Penjelasan ini berkaitan tentang pengukuhan ibadah puasa sekaligus memberikan dorongan untuk mengerjakannya. Dasar ini merupakan suatu kewajiban untuk bertaqwa Abu al-Fida’ Imaduddin Isma’il bin Umar bin Kathir al-Qurasyi Al-Bushrawi, Tafsir Ibn Kathir Jilid 1, 2, 3, 5, 10, Terjemahan Arif Rahman Hakim Dkk Surakarta Insan Kamil, 2015. Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, 2, Dan 3, Terjemahan K. Anshori Umar Sitanggal, Hery Noer Aly, Dan Bahrun Abubakar Semarang Toha Putra, 1987. Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Al-Bushrawi, Tafsir Ibn Kathir Jilid 1, 2, 3, 5, 10, Terjemahan Arif Rahman Hakim Dkk. Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 229 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 kepada Allah Swt dengan meninggalkan keinginan hawa nafsu demi menjalankan perintah dan mengharap ridha-Nya . Rasulullah Saw pernah bersabda terdapat dalam kitab sunan Abu Dawud, “Dari Hudhayfah bahwa Rasulullah Saw bersabda janganlah kalian tergesa-gesa mengikuti bulan Ramadhan sampai kalian melihat hilal atau menggenapkan bulan Sya’ban menjadi 30 hari, lalu segeralah berpuasa sampai kalian melihat hilal bulan Syawal atau menggenapkan bulan puasa menjadi 30 hari”. HR. Sunan Abu Dawud . Hadits lainnya terdapat dalam kitab Sahih al-Bukhari, “Dari Abu Hurayrah bahwa Rasulullah Saw bersabda Orang yang berpuasa Ramadhan karena keimanan dan mengharap pahala, dosa-dosanya yang telah lalu pasti diampuni”. HR. al-Bukhari . Al-Qur’an memerintahkan umat Muslim untuk menunaikan haji. Perintah ini ditujukan kepada seluruh manusia melalui utusan-Nya yaitu Rasulullah Saw perintah ini terdapat jelas dalam al-Qur’an surah Ali Imran ayat 97, “Dan di antara kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan kesana. Barang siapa mengingkari kewajiban haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya tidak memerlukan sesuatu dari seluruh alam”. Ayat di atas merupakan dalil tentang diwajibkannya menunaikan ibadah haji, jumhur ulama lainnya juga mengatakan hal yang sama. Banyak hadits yang menjelaskan tentang ibadah haji termasuk salah satu rukun Islam dan fondasinya. Kaum muslimin pun Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, 2, Dan 3, Terjemahan K. Anshori Umar Sitanggal, Hery Noer Aly, Dan Bahrun Abubakar. Abu Dawud Sulaiman bin al-Asyath al-Azdi Al-Sijistani, Ensiklopedia Hadits 5; Sunan Abu Dawud, Terjemahan Muhammad Ghazali Dkk Jakarta Almahira, 2013. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 230 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 sepakat tentang itu, akan tetapi hanya wajib dilaksanakan oleh orang mukalaf seumur hidup sekali, hal ini berdasarkan nash dan ijma’ . Perintah ayat di atas secara umum kepada semua manusia, baik Yahudi maupun muslimin. Akan tetapi kaum Yahudi mengabaikan perintah tersebut. Kewajiban ini hanya sekali seumur hidup ketika memiliki kemampuan untuk menunaikannya, yaitu bagi siapa yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah . Ayat di atas sangat teliti dalam menerangkan redaksi kewajiban mengerjakan haji, tetapi terdapat pengecualian yaitu bagi siapa yang tidak sanggup maka Allah memaafkan, karena Allah memaklumi keadaan mereka. Tetapi akan berdosa bagi siapa yang tidak pergi bila sudah memenuhi syarat wajib melaksanakannya, seperti sehat jasmani dan rohani, memiliki materi biaya perjalanan, dan biaya hidup untuk keluarga yang ditinggalkan . Penafsiran di atas dapat dipahami bahwasanya perintah menunaikan haji diwajibkan bagi setiap Muslim dewasa yang telah memenuhi syarat, yang dimaksud adalah mampu secara fisik, ilmu dan mampu ekonomi untuk mengadakan perjalanan ke Baitullah minimal satu kali dalam seumur hidup. Penjelasan di atas sebagaimana telah dipertegas dalam kitab sahih al-Bukhari, “Dari Ibn Umar bahwa Rasulullah Saw bersabda Islam dibangun atas lima pilar Syahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji, dan berpuasa Ramadhan”. HR. al-Bukhari . Kesimpulan Ilmu menempati kedudukan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Amal adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan baik yang diridhai oleh Allah dapat memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia maupun di akhirat. Hubungan antara ilmu dan amal dapat difokuskan bahwa ilmu merupakan pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal akan mempunyai nilai apabila didasari dengan ilmu. Siapa yang berilmu maka dia Al-Bushrawi, Tafsir Ibn Kathir Jilid 1, 2, 3, 5, 10, Terjemahan Arif Rahman Hakim Dkk. Sayyid Qutb, Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari, Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 231 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 harus mengamalkan, baik itu ilmu yang berhubungan dengan masalah ibadah, ilmu fikih ilmu alam, ilmu sosial dan lain-lainnya. Mengaplikasikan konsep ilmu dan amal dalam kehidupan dapat diawali dengan mempelajari ilmu agama terlebih dahulu beserta aspek-aspeknya, sehingga dapat mengetahui cara-cara beribadah dengan benar dan mengerjakan amal saleh lainnya. Selanjutnya semangat dan istiqamah dalam beramal. Baik itu istiqamah dengan lisan berdzikir kepada Allah, istiqamah dengan hati mengerjakan sesuatu dengan niat ikhlas dan jujur, istiqamah dengan jiwa melaksanakan ibadah serta taat kepada Allah secara terus-menerus. Proses dalam beramal dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Ayat-ayat yang memerintahkan untuk berilmu terlebih dahulu baru kemudian beramal terdapat pada surah Muhammad ayat 19. Beramal tanpa didasari dengan ilmu terdapat pada surah al-Isra’ ayat 36. Berilmu harus disertai dengan amalan terdapat pada surah al-Baqarah ayat 44, surah al-Saf ayat 2 dan 3. Agar tidak salah dalam beramal sebaiknya mencontoh Rasulullah dalam beramal. Seperti perintah melaksanakan shalat, membayar zakat, puasa, haji, dan amal saleh lainnya, dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah baik ketika hendak beramal, sedang beramal, maupun ketika sudah beramal. Hal ini dilakukan agar amalan yang dilakukan bernilai di hadapan Allah Swt. Daftar Pustaka Abi Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali Ibnu Sunan al-Nasa’i. Ensiklopedia Hadits 7, Sunan Al-Nasa’i, Terjemahan M. Khairul Huda, Ali Hamzah, Dan Muhammad Idris, Cet. 1. Jakarta Almahira, 2013. Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari. Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Jakarta Almahira, 2012. Abu Muhammad Abdullah bin Abdurrahman al-Darimi al-Samarqandi. Sunan Al-Darimi, Terjemahan Abdul Syukur Abdul Razaq Jilid 1. Jakarta Pustaka Azzam, 2007. Al-Bushrawi, Abu al-Fida’ Imaduddin Isma’il bin Umar bin Kathir al-Qurasyi. Tafsir Ibn Kathir Jilid 1, 2, 3, 5, 10, Terjemahan Arif Rahman Hakim Dkk. Surakarta Insan Kamil, 2015. Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, 2, Dan 3, Terjemahan K. Anshori Umar Sitanggal, Hery Noer Aly, Dan Bahrun Abubakar. Semarang Toha Putra, Nurlaila, Mudaris Almuzammil Hubungan Ilmu dan Amal dalam Al-Qur’an 232 Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022 1987. Al-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asyath al-Azdi. Ensiklopedia Hadits 5; Sunan Abu Dawud, Terjemahan Muhammad Ghazali Dkk. Jakarta Almahira, 2013. Departemen RI. Al-Qur’an Dan Terjemahannya. Jakarta Karya Thoha Putra Semarang, 1996. Estuningtyas, Retna Dwi. “ILMU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN.” QOF 2, no. 2 December 2018 203–13. Fazal, Khairil, and Juwaini Saleh. “Ummatan Wasaţan Dalam Pancasila Perspektif Tafsir M. Quraish Shihab.” TAFSE Journal of Qur’anic Studies 7, no. 1 June 2022 77. Fuad Dwi Putra. Kriteria Amal Saleh Dalam Al-Qur’an. Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, 2018. M. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung MIzan, 1996. Muhammad M. Reysyahri. Ensiklopedia Mizanul Hikmah Kumpulan Hadits Nabi Saw Pilihan Jilid III, Terjemahan Abdulllah Beik. Jakarta Nur Al-Huda, 2001. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, Edisi Ke Tiga. Jakarta Balai Pustaka, 2003. Quraish Shihab. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta Lentera Hati, 2002. Salah Abdul Fatah al-Khalidi. Kunci Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, Terjemahan M. Misbah, Cet. 1. Jakarta Robbani Press, 2005. Sayyid Qutb. Tafsir Fi Zilalil Qur’an Di Bawah Naungan Al-Qur’an Jilid 8, Terjemahan As’ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Jakarta Gema Insani Press, 2003. Syaikh, Abdullah bin Muhammad Alu. Tafsir Ibnu Katsir. Jilid 4. Jakarta Pustaka Imam as-Syafi’i, 2010. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this FazalJuwaini SalehThe purpose of this study is to find out how ummatan Wasaţan in Pancasila according to the point of view of understanding M. Quraish Shihab. It was then traced that the idea of wasaţan ummah is an idea that can combine individual and public activities so that there is a balance throughout daily life. This research method uses a literature research approach. The results of the study show that actually according to M. Quraish Shihab the existence of Muslims is still far from the positive side of ummaţan wasaţan, the understanding of ummatan wasaţan in Pancasila is moderate individuals, not left and right, in order to create a just mentality, people who are used as witnesses and all parties witness as an example. There are eight things According to Quraish Shihab about the concept of ummatan wasaţan namely a Belief in Allah Almighty and His Messenger; b steadiness; c Intelligence; d Solidarity and solidarity and fraternity; e Equity; f Commendable; g Balance; and h Comprehensive. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimana Ummatan Wasaţan dalam Pancasila menurut sudut pandang pemahaman M. Quraish Shihab. Kemudian dilacak bahwa gagasan wasaţan ummah adalah gagasan yang dapat menggabungkan aktivitas individu dan publik sehingga terjadi keseimbangan sepanjang kehidupan sehari-hari. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebenarnya menurut M. Quraish Shihab keberadaan umat Islam masih jauh dari sisi positif ummaţan wasaţan, pemahaman ummatan wasaţan dalam Pancasila adalah individu-individu moderat, tidak ke kiri dan ke kanan, agar tercipta mental yang adil, orang-orang yang dijadikan saksi dan semua pihak menyaksikan sebagai contoh. Terdapat delapan hal Menurut Quraish Shihab tentang konsep ummatan wasaţan yaitu a Keyakinan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya; b kemantapan; c Kecerdasan; d Solidaritas dan solidaritas dan persaudaraan; e Ekuitas; f Terpuji; g Keseimbangan; dan h adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan baik yang diridhai oleh Allah dapat memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia maupun di akhirat. Hubungan antara ilmu dan amal dapat difokuskan bahwa ilmu merupakan pemimpin dan pembimbing amal perbuatanKesimpulan IlmuIslamKesimpulan Ilmu menempati kedudukan yang sangat tinggi dalam ajaran Islam. Amal adalah setiap amal saleh, atau setiap perbuatan baik yang diridhai oleh Allah dapat memberikan manfaat kepada pelakunya di dunia maupun di akhirat. Hubungan antara ilmu dan amal dapat difokuskan bahwa ilmu merupakan pemimpin dan pembimbing amal bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari. Ensiklopedia Hadits 2Abdullah AbuAbu 'Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardisbah al-Bukhari. Ensiklopedia Hadits 2; Sahih Al-Bukhari 2, Terjemahan Subhan Abdullah, Idris, Dan Imam Ghazali, Jakarta Almahira, al-Fida' 'Imaduddin Isma'il bin Umar bin Kathir al-QurasyiAl-BushrawiAl-Bushrawi, Abu al-Fida' 'Imaduddin Isma'il bin Umar bin Kathir al-Qurasyi. Tafsir Ibn Kathir Jilid 1, 2, 3, 5, 10, Terjemahan Arif Rahman Hakim Dkk. Surakarta Insan Kamil, 1, 2, Dan 3, Terjemahan K. Anshori Umar SitanggalAhmad Mustafa Al-MaraghiTafsir Al-MaraghiAl-Maraghi, Ahmad Mustafa. Tafsir Al-Maraghi, Juz 1, 2, Dan 3, Terjemahan K. Anshori Umar Sitanggal, Hery Noer Aly, Dan Bahrun Abubakar. Semarang Toha Putra, Tafse Journal of Qur'anic Studies, Vol. 7, No. 2, Junie-December 2022Al-SijistaniAl-Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'ath al-Azdi. Ensiklopedia Hadits 5; Sunan Abu Dawud, Terjemahan Muhammad Ghazali Dkk. Jakarta Almahira, Amal Saleh Dalam Al-Qur'anPutra Fuad DwiFuad Dwi Putra. Kriteria Amal Saleh Dalam Al-Qur'an. Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, Al-Qur'an Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan UmatQuraish ShihabM. Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an Tafsir Tematik Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung MIzan, Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, Edisi Ke TigaPusat Pembinaan Dan PengembanganBahasaPusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Departement Pendidikan Nasional, Edisi Ke Tiga. Jakarta Balai Pustaka, Fi Zilalil Qur'an Di Bawah Naungan Al-Qur'an Jilid 8, Terjemahan As'ad YasinSayyid QutbSayyid Qutb. Tafsir Fi Zilalil Qur'an Di Bawah Naungan Al-Qur'an Jilid 8, Terjemahan As'ad Yasin, Dkk, Cet. 1. Jakarta Gema Insani Press, 2003.
Begitupentingnya akhlak dan adab hingga Allah Ta'aala menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab (etika). Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi akhlak. Ketika seseorang memiliki ilmu tanpa akhlak , maka dia akan lupa siapa dirinya
Para ulama mengatakan "Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu dan dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu" bahkan Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik. "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan Akhlakul Karimah," HR. Bukhari. Begitu pentingnya akhlak dan adab hingga Allah Ta'ala menempatkanya sebagai hal yang paling utama. Sebab, kepintaran tidak ada artinya apabila seseorang tidak memiliki adab etika. Ilmu menjadi berbahaya bagi pemiliknya dan orang lain karena tidak dihiasi adab. Tidak semua orang berilmu itu berakhlak, begitu juga tidak semua orang adab pasti berilmu. Ilmu dan adab adalah dua entitas yang berbeda walaupun tetap memiliki hubungan yang sangat erat. Jika diibaratkan pada manusia, maka ilmu adalah laki-laki sementara akhlak adalah wanita. Ilmu adalah bapak dan adab ibunya. Sementara orang beranggapan bahwa orang yang kaya ilmu maka secara otomatis perilaku atau akhlaknya semakin baik. Anggapan tersebut mendasarkan pada keyakinan bahwa ilmu selalu berpengaruh pada perilaku seseorang. Orang pintar sekaligus akan berperilaku baik dan sebaliknya, orang miskin ilmu pengetahuan selalu berperilaku tidak baik. Namun pada kenyataannya, tidaklah selalu demikian itu. Orang kaya ilmu banyak yang melakukan penyimpangan, sementara itu orang yang ilmunya terbatas justru berperilaku sebaliknya. Banyaknya ilmu yang dimiliki oleh seorang akan menjadi sia-sia jika tidak memiliki adab atau akhlak dalam dirinya. Ia akan kesulitan menemukan jalan yang semestinya, karena adab atau akhlak lah yang menjadi pembatas serta memberikan arahan bagaimana menyikapi ilmu tersebut. Jadi kualitas diri seseorang bukan dilihat dari seberapa banyak ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana adab dalam memanfaatkan ilmunya adab menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan, baik hidup sendiri, keluarga, maupun sosial. Dengan adab, seorang muslim sejati akan menjadi mulia dihadapan sesama dalam mahluk sosial lainnya. Tak hanya itu, adab menjadi salah satu amal yang bisa ditanamkan kepada diri sendiri sebagai bekal pahala di akhirat kelak. Disebutkan dalam hadits, "Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat dari pada akhlak yang mulia". Salah satu aspek penting yang mendapat perhatian utama dalam Islam adalah adab atau akhlak. Islam memang memuliakan orang-orang yang berilmu, bahkan mewajibkan semua penganut Ajaran Islam untuk menuntut ilmu seperti disampaikan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Majah; “Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi setiap Muslim baik perempuan maupun laki-laki,” namun Islam juga mensyaratkan akhlak untuk kesempurnaan ilmu. Begitu pentingnya adab dalam Islam hingga Nabi Muhammad SAW menyebut dirinya diutus Allah bukan untuk tujuan lain selain untuk menyempurnakan Adab atau akhlak. Dengan begitu, adab seharusnya tetap digunakan sebagai pijakan utama bagi setiap Muslim dalam melakukan berbagai hal, baik yang terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Dilihat dari fungsinya, adab adalah pembeda untuk pintar dan benar. Orang yang berilmu tentulah pintar, namun jika tidak melengkapi dirinya dengan adab atau ahlak, maka tak ada jaminan kepintaran yang dimilikinya mampu mengantarkan pada kebenaran. Sekalipun orang tersebut mengaku sebagai ulama, namun jika akhlak yang ditampilkan tercela, maka tak ada kebenaran yang bersemayam di setiap wejangan yang disampaikan. Adab juga berfungsi sebagai benteng yang melindungi orang berilmu dari berbagai macam godaan. Sebab, orang berilmu tak akan pernah lepas dari godaan. Salah satu yang paling sering menghantui adalah kesombongan. Orang yang berilmu cenderung mengira dirinya sudah tahu segala, merasa kebenaran hanyalah apa yang keluar dari mulutnya. Tanpa adab, orang berilmu hanya akan menjadi hantu. Yang berarti tak jelas wujud dan manfaatnya. Padahal adab itu sangatlah sederhana, berbuat baik kepada orang lain, menghindari sesuatu yang dapat menyakitinya baik fisik maupun hati dan menahan diri ketika disakiti. Oleh Karena itu selalu lengkapi diri kita dengan adab atau akhlak, sebab hanya dengan cara itu, ilmu yang kita miliki dapat memberi kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Jadikan pula adab sebagai ukuran dalam menilai keilmuan seseorang, jangan sampai kita terperosok dalam lubang kelam akibat salah memilih ada satu pantun yang berbunyi. Jika ilmu adalah cahaya, maka akhlaklah penyempurnaannya. Bahwa orang yang berilmu tanpa menyempurnakan akhlaknya adalah suatu hal yang percuma. Dengan akhlak yang tidak baik ilmu kita tidak akan bermanfaat bagi orang lain. Kita hanya akan mementingkan diri sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Padahal Allah SWT sangat membenci manusia yang memiliki sifat yang takabur atau sombong karena memiliki ilmu. Maka dari itu, kita sebagai umat Islam yang berakal hendaknya kita menyempurnakan adab kita agar ilmu yang kita punya tidak sia-sia dan bermanfaat bagi orang lain. Tidak masalah apabila ilmu kita masih dangkal tapi akhlak kita baik, Insya Allah, kita akan selalu dilindungi oleh Allah SWT dari segala macam fitnah dan hal-hal yang tidak bermafaat. Wallohu a’lam bisshowab.[]
Iman, Ilmu dan Amal Minggu, 09 Juni 2013. "Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal yang baik dinaikkan-Nya. " (QS 85:10) muamalah, akhlaq, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiyat ini sebagai peringatan kepada pada para
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID Rjdb3UfWA12IKL2-Pm7sQFbv24CWz0UPb3kpllIEaEPhYtCjx2Rt6Q==
LihatJuga. Pembuktian bahwa al-qur'an itu demi sesungguhnya firman Allah Swt : Kajian tentang iman, ilmu, amal dan ungkaan penerapannya / Husin Saleh oleh: Saleh, Husin Terbitan: (1987) ; Iman, Ilmu dan Amal oleh: D.A. Tisna Amidjaja Terbitan: (1992) ; Iman, Ilmu,dan Amal oleh: Amidjaja,Tisna Terbitan: (1983)
Sesi Pertama Angkatan III Level 01 SARAT Sekolah Adab Untuk Orang Tua Angkatan 2021/2022 diisi langsung oleh Pendiri Sekolah Adab, Dr. Wido Supraha, mengangkat tema Visi dan Misi Keluarga Beradab. Pada sesi awal ini, disampaikan bagaimana pentingnya sebuah keluarga membangun visi dan misi sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan mensosialisasikannya ke seluruh komponen keluarga, sehingga setiap keluarga bahu-membahu, bekerjasama dalam mensukseskan program demi program sebagai turunan dari visi dan misi tersebut. 08/08/2021 Continue reading “Testimoni Sesi 01 Angkatan III Level 01 SARAT Sekolah Adab Untuk Orang Tua Dr. Wido Supraha, ✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨✨ 📡 KEMBALI DIBUKA ANGKATAN III SEKOLAH ADAB UNTUK ORANG TUA SARAT LEVEL-01 Institut Adab Insan Mulia menyelenggarakan beberapa program untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia berbasis adab, sebagaimana Program ini dirancang khusus untuk mengajak Ayah dan Bunda, bersama-sama, meningkatkan kapasitasnya sebagai Orang Tua Muaddib/ah sehingga semakin memantaskan diri dalam melaksanakan amanah dari Allah ﷻ berupa pendidikan bagi anak-anaknya menuju lahirnya Generasi Beradab dari dalam rumah masing-masing. Program dirancang dengan beberapa tingkatan. Alhamdulillah, Angkatan I untuk Tingkat 1 telah selesai diikuti oleh sekitar 100 pasangan keluarga, yang mengkaji konsep pendidikan keluarga setiap bulannya secara offline. Continue reading “Dibuka Angkatan III Sekolah Adab Untuk Orang Tua SARAT Level 01” Oleh Dr. Wido Supraha, Setelah menanamkan iman yang mendalam ke dalam jiwa anaknya, Luqman kemudian berbicara amal shalih yang utama yang mencirikan perilaku orang-orang beriman. Amal yang utama itu adalah berbakti kepada kedua orang tua birr al-walidain. Perhatikan surat Al-Baqarah [2] ayat 14 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 07. Anakku Tercinta, Berbaktilah Kepada Ayah Bundamu” Oleh Dr. Wido Supraha, Rubu’ ke-26 adalah Al-Qur’an Surat Ali Imran [3] ayat 113-132 pada halaman 64-66 dari Mushaf Utsmani. Sebagaimana ciri Surat Madaniyah, pada Rubu’ ini, Allah SWT sentiasa mengkorelasikan antara keimanan dan amal shalih, dan menegaskan bahwa setiap amal shalih hendaknya dibangun di atas pondasi keimanan. Amal yang tidak dibangun di atas keimanan akan berakhir pada kesia-siaan. Berikut ini sebagian kecil pelajaran … Continue reading Rubu’ ke-26 Tadabbur Al-Qur’an al-Karim Oleh Dr. Wido Supraha, Konsep mendahulukan penanaman iman dalam pengadaban terlihat dengan jelas dalam materi yang disampaikan oleh Luqmanul Hakim kepada anaknya. Pesan penting yang disampaikannya kepada anaknya mengandung pelajaran yang baik mau’izhah hasanah-nya bertemakan tauhid. Nama anaknya menurut as-Suhaili 1114-1185 M adalah Tsaran. Perhatikan surat Al-Baqarah [2] ayat 13 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 06. Anakku Tercinta, Janganlah Engkau Berlaku Syirik” Sekolah Adab Untuk Guru SAGU Angkatan III 2021 Institut Adab Insan Mulia menyelenggarakan beberapa program untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia berbasis adab, sebagaimana Program Sekolah Adab Untuk Guru SAGU, adalah salah satu program yang dirancang khusus untuk menguatkan kepribadian dan meningkatkan kapasitas para Guru di institusi manapun mereka berkhidmat, sehingga memiliki kemampuan dasar sebagai Guru Adab dan dapat kembali ke institusinya masing-masing untuk … Continue reading Dibuka Angkatan III Sekolah Adab Untuk Guru SAGU Level 1 Oleh Dr. Wido Supraha, Pendidikan adalah proses meneteskan sesuatu’ ke dalam jiwa manusia, demikian Syed Muhammad Naquib al-Attas menyarikan dari pandangan para ulama seperti Al-Ghazzali dan selainnya. Diksi sesuatu’ something yang dimaksud tentulah ilmu, sementara sebagaimana kita telah ketahui bersama bahwa ilmu yang pertama kali ditanamkan ke dalam jiwa manusia adalah aqidah atau tauhid atau iman kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surat Muhammad [47] ayat 19 Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 05. Iman Sebelum Al-Qur’an” Oleh Dr. Wido Supraha, Disebut mendidik adalah ketika seorang Ayah yang telah sadar bahwa dirinya adalah sosok pendidik bagi anak-anaknya, melakukan proses pendidikan itu dengan penuh kesadaran menghadirkan proses yang benar dan bertahap di dalam menanamkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam yang dapat diambil dari Kitab Suci Al-Qur’an sehingga dapat masuk ke dalam jiwa anaknya, sebagai murid biologis yang juga murid ideologisnya. Menyadari bahwa sebagai pendidik, ia tidak saja digugu tapi ditiru seluruh perilaku dan kepribadiannya. Sekaligus, menyadari bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, bahwa kepribadian anak kita tidak akan jauh dari kepribadian kita secara umum. Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 04. Mendidik itu Berkomunikasi Aktif” Oleh Dr. Wido Supraha, Tidak semua keluarga dikaruniai anak keturunan, meskipun berbagai upaya telah dilakukan. Hal ini karena semua ada dalam takdir dan ketetapan Allah SWT. Maka bagi keluarga yang telah dikaruniai anak, terlibat aktifnya Ayah dan Bunda dalam mendidik anak-anaknya adalah salah satu wujud konkrit dari rasa syukur kepada Allah SWT. Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 03. Mendidik Anak adalah Wujud Rasa Syukur” Oleh Dr. Wido Supraha, Keutamaan Luqman adalah berkah dimudahkannya ia meraih hikmah dari Allah SWT. Bersama hikmahnya ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk yang semuanya bersumber pada kalbu. Sebagaimana pesan Rasulullah SAW dalam riwayat al-Bukhari no. 52 dari an-Nu’man bin Basyir Continue reading “Pesan Pendidikan Luqman 02. Luqman dan Keutamaannya” Posts navigation
Akuberkata: "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.". Beliau bersabda: "Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian." (Riwayat Muslim) Takhrijul Hadits. Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim di awal-awal Kitab Al Iman, no. 8, At Tirmidzi dalam kitab Al Iman no. 2738, Abu Dawud dalam dalam Kitab As Sunnah
Hubungan Antara Iman, Ilmu, dan Amal Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya. Akidah merupakan landasan pokok dari setiap amal seorang muslim dan sangat menentukan sekali terhadap nilai amal, karena akidah itu berurusan dengan hati. Akidah sebagai kepercayaan yang melahirkan bentuk keimanan terhadap rukun iman, yaitu iman kepada Allah, Malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, Rosul-rosul Allah, hari qiamat, dan takdir. Meskipun hal yang paling menentukan adalah akidah/iman, tetapi tanpa integritas ilmu dan amal dalam perilaku kehidupan muslim, maka keislaman seorang muslim menjadi kurang utuh, bahkan akan mengakibatkan penurunan keimanan pada diri muslim, sebab eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim melambangkan batinnya. Hubungan Iman dan Ilmu Beriman berarti meyakini kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Serta dengan penuh ketaatan menjalankan ajaran tersebut. Untuk dapat menjalankan perintah Allah SWT dan Rasul kita harus memahaminya terlebih dahulu sehingga tidak menyimpang dari yang dikehendaki Allah dan Rasulnya. Cara memahaminya adalah dengan selalu mempelajari agama Islam. Iman dan Ilmu merupakan dua hal yang saling berkaitan dan mutlak adanya. Dengan ilmu keimanan kita akan lebih mantap. Sebaliknya dengan iman orang yang berilmu dapat terkontrol dari sifat sombong dan menggunakan ilmunya untuk kepentingan pribadi bahkan untuk membuat kerusakan. Hubungan Iman Dan Amal Amal Sholeh merupakan wujud dari keimanan seseorana. Artinya orang yang beriman kepada Allah SWT harus menampakan keimanannya dalam bentuk amal sholeh. Iman dan Amal Sholeh ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Mereka bersatu padu dalam suatu bentuk yang menyebabkan ia disebut mata uang. Iman tanpa Amal Sholeh juga dapat diibaratkan pohon tanpa buah. Dengan demikian seseorang yang mengaku beriman harus menjalankan amalan keislaman, begitu pula orang yang mengaku islam harus menyatakan keislamannya. Iman dan Islam seperti bangunan yang kokoh didalam jiwa karena diwujudkan dalam bentuk amal sholeh yang menunjukkan nilai nilai keislaman. Hubungan Amal Dan Ilmu Hubungan ilmu dan amal dapat difokuskan pada dua hal. Pertama, ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal perbuatan. Amal boleh lurus dan berkembang bila didasari dengan ilmu. Dalam semua aspek kegiatan manusia harus disertai dengan ilmu baik itu yang berupa amal ibadah atau amal perbuatan lainnya. Kedua jika orang itu berilmu maka ia harus diiringi dengan amal. Amal ini akan mempunyai nilai jika dilandasi dengan ilmu. Begitu juga dengan ilmu akan mempunyai nilai atau makna jika diiringi dengan amal. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam perilaku manusia. Sebuah perpaduan yang saling melengkapi dalam kehidupan manusia yaitu setelah berilmu lalu beramal. Ajaran Islam sebagai mana tercermin dari Al-qur’an sangat kental dengan nuansa–nuansa yang berkaitan dengan ilmu, ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam. Keimanan yang dimiliki oleh seseorang akan jadi pendorong untuk menuntutilmu, sehingga posisi orang yang beriman dan berilmu berada pada posisi yang tinggidihadapan Allah yang berarti juga rasa takut kepada Allah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk beramal shaleh. Dengan demikian nampak jelas bahwa keimanan yang dibarengi dengan ilmu akan membuahkan amal–amal shaleh. Maka dapat disimpulkan bahwa keimanan dan amal perbuatan beserta ilmu membentuk segi tiga pola hidup yang kokoh. Ilmu, iman dan amal shaleh merupakan faktor menggapai kehidupan bahagia. Tentang hubungan antara iman dan amal, demikian sabdanya, “Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula menerima amal perbuatan tanpa iman” [HR. Ath-Thabrani] . Kemudian dijelaskannya pula bahwa, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim” [HR. Ibnu Majah dari Anas, HR. Al Baihaqi] . Selanjutnya, suatu ketika seorang sahabatnya, Imran, berkata bahwasanya ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, amalan-amalan apakah yang seharusnya dilakukan orang-orang?”. Beliau Saw. menjawab “Masing-masing dimudahkan kepada suatu yang diciptakan untuknya” [HR. Bukhari] “Barangsiapa mengamalkan apa yang diketahuinya, niscaya Allah mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.” [HR. Abu Na’im] . ”Ilmu itu ada dua, yaitu ilmu lisan, itulah hujjah Allah Ta’ala atas makhlukNya, dan ilmu yang di dalam qalb, itulah ilmu yang bermanfaat.” [HR. At Tirmidzi] . ”Seseorang itu tidak menjadi alim ber-ilmu sehingga ia mengamalkan ilmunya.” [HR. Ibnu Hibban]. Suatu ketika datanglah seorang sahabat kepada Nabi Saw. dengan mengajukan pertanyaan ”Wahai Rasulullah, apakah amalan yang lebih utama ?” Jawab Rasulullah Saw “Ilmu Pengetahuan tentang Allah ! ” Sahabat itu bertanya pula “Ilmu apa yang Nabi maksudkan ?”. Jawab Nabi Saw ”Ilmu Pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala ! ” Sahabat itu rupanya menyangka Rasulullah Saw salah tangkap, ditegaskan lagi “Wahai Rasulullah, kami bertanya tentang amalan, sedang Engkau menjawab tentang Ilmu !” Jawab Nabi Saw. pula “Sesungguhnya sedikit amalan akan berfaedah berguna bila disertai dengan ilmu tentang Allah, dan banyak amalan tidak akan bermanfaat bila disertai kejahilan tentang Allah”[ Abdil Birrdari Anas]. Kejahilan adalah kebodohan yang terjadi karena ketiadaan ilmu pengetahuan. Dengan demikian, banyak amal setiap orang menjadi sangat berkaitan dengan keimanan dan ilmu pengetahuan karena ”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Rabb mereka kerana keimanannya … QS.[10]9. Ilmu pengetahuan tentang Allah Subhanaahu wa Ta’ala adalah penyambung antara keimanannya dengan amalan-amalan manusia di muka bumi ini. Sebagaimana kaedah pengaliran iman yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. bahwasanya iman adalah sebuah tashdiq bi-l-qalbi yang di ikrarkan bi-l-lisan dan di amalkan bilarkan Dengan itu di simpulkan bahawa kita jangan memisah ketiga komponen yang telah kita perhatikan tadi iman,ilmu dan amal karena pemisahan setiap komponen menjadikan islam itu janggal. Kaitan antara iman, ilmu dan amal Dalam sejarah kehidupan manusia, Allah swt memberikan kehidupan yang sejahtera, bahagia, dan damai kepada semua orang yang mau melakukan amal kebaikan yang diiringi dengan iman, dengan yakin dan ikhlas karena Allah swt semata QS. At – Thalaq ayat 2 – 3 .Perbuatan baik seseorang tidak akan dinilai sebagai suatu perbuatan amal sholeh jika perbuatan tersebut tidak dibangun diatas nilai iman dan takwa, sehingga dalam pemikiran Islam perbuatan manusia harus berlandaskan iman dan pengetahuan tentang pelaksanaan perbuatan. Sumber ilmu menurut ajaran Islam Wahyu , yaitu sesuatu yang dibisikkan dan diilhamkan ke dalam sukma serta isyarat cepat yang lebih cenderung dalam bentuk rahasia yang disebut ayat Allah swt “Qur’aniyah” Akal , yaitu suatu kesempurnaan manusia yang diberikan oleh Allah swt untuk berpikir dan menganalisa semua yang ada dan wujud diatas dunia yang disebut ayat Allah “Kauniyah” Allah swt akan mengangkat harkat dan martabat manusia yang beriman kepada Allah swt dan berilmu pengetahuan luas, yang diterangkan dalam Al Mujadalah 11. Yang isinya bahwa Allah akan mengangkat tinggi-tinggi kedudukan orang yang berilmu pengetahuan dan beriman kepada Allah swt , orang yang beriman diangkat kedudukannya karena selalu taat melaksanakan perintah Allah swt dan rasulnya, sedangkan orang yang berilmu diangkat kedudukannya karena dapat memberi banyak manfaat kepada orang lain. Islam tidak menghendaki orang alim yang digambarkan seperti lilin, mampu menerangi orang lain sedang dirinya sendiri hancur, dan ini besar sekali dosanya, karena dapat memberitahu orang lain dan dirinya sendiri tidak mau tau lagi juga tidak mengerjakan seperti dalam Ash – Shaf 3 yang menerangkan bahwa orang alim dan pandai hendaknya menjadi contoh dan teladan bagi orang lain. Dibawah naungan dan lindungan Allah swt. Iman, ilmu dan amal merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya.
Muqaddimah- Adab-adab Penuntut Ilmu Bagian 2. (1) Sebelum menuntut ilmu hendaknya seorang thalabul ilmi melihat bahkan beristikharah kepada Allah tentang orang yang akan dijadikan sebagai guru. (2) Seorang thalabul 'ilmi wajib menghormati dan memuliakan gurunya, baik ketika gurunya ada maupun tidak ada. (3) Memulai dalam mengucapkan salam
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul islam. Didalamnya ada 3 unsur pokok yaitu aqidah, syar’iyah dan akhlaq, dengan kata lain iman, ilmu dan amal sholeh. Hakikat iman yang dibawa oleh Rasulullah –Shalallahu alaihi wa salam- tegak berdiri di atas 3 pilar, jika salah satu darinya roboh, maka imanpun akan tumbang, 3 pilar atau rukun itu adalah Keyakinan dalam hati, Pengucapan dengan lisan, Melakukan dalam amal perbuatan. Imam Syafi’I berkata “Merupakan ijma’ para sahabat, tabi’in dan kaum muslimin setelah mereka yang kami temui, bahwa iman itu adalah ucapan, perbuatan, dan niat, salah satunya tidak bisa mewakili yang lain. Pertama Yaitu keyakinan dalam hati meliputi dua hal yang harus dipenuhi Ikrar dalam hati, yang dimaksud adalah pengakuan hati bahwa apa yang dikabarkan Allah dan Rasul-Nya adalah haq, dan bahwa apa yang diputuskan Allah dan Rasul-Nya adalah keadilan, hal itu tidak boleh dibarengi dengan sedikitpun rasa keraguan atau syak. Amalan hati, maksudnya segala sesuatu yang diwajibkan Allah –Subhanahu wa ta’ala- atas hamba Nya dari amalan-amalan hati, seperti cinta Allah dan Rasul-Nya, membenci kekufuran, orang kafir dan lainnya. Semua ini masuk dalam amalan hati. Dalil-dalil yang menyatakan harus terpenuhinya keyakinan dalam hati cukup banyak, di antaranya firman Allah –Subhanahu wa ta’ala قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُل لَّمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِن قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِن تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُم مِّنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ Orang-orang Arab Badui itu berkata “Kami telah beriman”. Katakanlah “Kamu belum beriman, tapi katakanlah kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Hujurat14 Kedua Yaitu pengucapan dengan lisan, maka Nabi –Shalallahu alaihi wa salam- bersabda “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan tiada ilah yang haq disembah melainkan Allah, jika mereka telah mengucapkannya berarti mereka telah melindungi darah, dan harta mereka dariku, kecuali dengan haknya.” Muttafaqun alaihi Imam Nawawi berkata memberi keterangan terhadap hadis ini “Dalam hadis ada keterangan bahwa iman disyaratkan harus diucapkan dalam bentuk syahadatain dua kalimat syahadat disertai keyakinan terhadapnya.” Ketiga Yaitu amal perbuatan, yang dimaksud adalah mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah, serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Nya. Dalil-dalil yang menyatakan bahwa amal ini masuk dalam iman sangatlah banyak, kami akan menyebutkan sebagian darinya. Firman Allah إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. QS. Al-Hujuarat 15 Allah menyifati mereka dengan iman yang jujur karena mereka telah melakukan amal shalih yang merupakan bukti cerminan dari amalan hati dan buahnya. Ilmu menurut bahasa adalah mengenal sesuatu dalam keadaan aslinya dengan pasti, dalam ilmu ini bisa meliputi ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Amal adalah perbuatan yang dilakukan dengan anggota badan. Sebelum melakukan amal, harus tahu ilmunya dulu. Tidak mungkin kita melakukan amal tanpa mengetahui ilmunya terlebih dahulu. Misalnya kita mau beribadah sholat, bagaimana kita bisa sholat kalau kita tidak punya ilmu, jangankan masalah agama, masalah dunia saja, misalkan kita bekerja, kita tidak bisa bekerja kecuali tanpa ilmu. Sabda Rasulullah “Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim” Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah dan dihasankan oleh Imam Al-Mizzy. Al-Imam Bukhori dalam shohihnya menempatkan bab ilmu sebelum amal dan perbuatan. Ini membuktikan bahwa ilmu ini didahulukan sebelum amal. Menurut Al-Qur’an, dua ayat Allah dihadapkan kepada manusia Ayat al-kauniyah alam semesta dan manusia individu, komunal dan temporalnya Ayat al-qauliyah Al-Qur’an dan sunnah rasul Interpretasi manusia terhadap fenomena kauniyah melahirkan ilmu pengetahuan biologi, fisika, kimia, sosiologi, antropologi, komunikasi, ilmu politik, sejarah dan lain-lain. Interpretasi manusia terhadap fenomena qauliyah melahirkan pemahaman agama actual. Kebenaran hakiki dan sumber ilmu ialah pada Allah swt. Ilmu harus difungsikan sesuai dengan petunjuk Allah swt. QS. Fushshilat/4153 سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الْآفَاقِ وَفِي أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quraan itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu? dan QS. Ali-Imran/3164. لَقَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَى الْمُؤمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُواْ مِن قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُّبِينٍ Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan jiwa mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum kedatangan Nabi itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Didalamnya terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu dan amal shaleh, sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللّهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik [*] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, *Termasuk dalam “kalimat yang baik” ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti “laa ilaa ha illallaah”. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
10Oaay. p7xgzdatno.pages.dev/249p7xgzdatno.pages.dev/65p7xgzdatno.pages.dev/352p7xgzdatno.pages.dev/38p7xgzdatno.pages.dev/98p7xgzdatno.pages.dev/347p7xgzdatno.pages.dev/18p7xgzdatno.pages.dev/104p7xgzdatno.pages.dev/55
iman adab ilmu dan amal